Gambaran ini menunjukkan bahwa penulis melihat kematiannya yang akan datang bukan sebagai tragedi, melainkan sebagai tindakan penyembahan final, sebuah persembahan kepada Allah.
Kesadaran pada dekatnya waktu kematiannya memberi bobot tambahan pada nasihatnya kepada Timotius.
Penulis menggunakan tiga metafora kuat:
Pertama, ia menyatakan bahwa ia telah mengakhiri pertandingan yang baik, menggambarkan kehidupan Kristennya sebagai perjuangan spiritual yang telah dijalani dengan setia.
Kedua, “telah mencapai garis akhir,” menunjukkan bahwa ia telah menyelesaikan tugas yang diberikan Allah kepadanya.
Ketiga, ia menegaskan bahwa ia telah memelihara iman, baik dalam arti kesetiaannya pada kebenaran Injil maupun keteguhannya dalam kepercayaan pribadinya kepada Kristus (ayat 6-7).
Penulis mengakhiri refleksinya dengan keyakinan akan upah yang menantinya. Ia berbicara tentang mahkota kebenaran (dikaiosunēs stephanos) yang telah disediakan baginya, yang akan dianugerahkan oleh Tuhan, Hakim yang adil (ayat 8).
Mahkota ini melambangkan kebenaran final dan sempurna yang akan diterima orang percaya di hadirat Allah.
Penting untuk dicatat bahwa penulis tidak melihat mahkota ini sebagai hadiah eksklusif baginya saja.
Sebaliknya, ia menegaskan bahwa mahkota ini tersedia bagi semua orang yang merindukan kedatangan Kristus.