Bagi orang Yahudi, orang Samaria dipandang kelas bawah dan harus dihindari. Orang Yahudi tidak mau makan bersama orang Samaria sebab hal itu dianggap sama dengan memakan makanan yang haram bagi mereka.
Namun orang Samaria inilah yang justru menyatakan belas kasihan secara konkrit kepada orang malang tersebut.
Orang Samaria ini digerakkan oleh belas kasihan (to eleos) pergi kepada orang yang hampir mati ini, membalut lukalukanya, menyirami dengan minyak dan anggur, menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya, membawanya ke tempat penginapan, dan merawatnya.
Orang Samaria ini membayar perawatan orang itu dengan uangnya dan siap membayar lebih lagi.
Kisah orang Samaria ini ditutup Yesus Kristus dengan pertanyaan, “Siapakah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (ay. 36).
Ahli Taurat tersebut menjawabnya, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
Yesus Kristus pun memberikan perintah yang sama atas responsnya tersebut, yakni untuk melakukannya dengan segera.
Kisah orang Samaria ini dan pertanyaan di ujung cerita yang disampaikan Yesus Kristus membawa ahli Taurat tersebut membuka mata untuk melihat kesalahan dari kerangka pikirnya.