Pogidon merupakan akronim dari opo Gidon (nama pemimpin/leluhur Bantik), yang membangun negeri Pogidon. Korem 131 Manado, adalah eks negeri Pogidon.
Seiring dengan perjalanan waktu, sebutan opo Gidon berubah menjadi Po Gidon, lalu penulisannya dirangkai menjadi Pogidon dan digunakan sebagai nama pemukiman.
Sebelum menjadi lokasi pemukiman, negeri Pogidon banyak ditumbuhi pohon Wenang (Macaranga Hispida), yang dalam bahasa Bantik disebut Benang, sehingga negeri Pogidon oleh sub etnis Bantik disebut juga dengan nama Benang (bukan Wenang).
Sebagai nama pohon Macaranga Hispida, Wenang dan Pogidon memiliki arti yang sama; namun sebagai lokasi pemukiman, negeri atau wanua Pogidon tidak sama dengan Wenang.
Dari bahasa mana Manado berasal? Kata Manado berasal dari bahasa daerah sub etnis di Sulawesi Utara. Penyebutannya berdasarkan dialek masing-masing. Bangsa Eropa menyebutnya berdasarkan lidah mereka.
Orang Portugis menyebutnya Moradores; orang Spanyol menyebutnya Manados; Nicolaas Graafland (seorang Pendeta asal Belanda yang bertugas di Tanawangko dan Sonder) di dalam judul bukunya menyebut Manadorezen.
Pejabat kompeni Belanda menyebutnya Manado’s Gebied, yang artinya daerah Manado ini atau kawasan Manado; Simao d’Abreu dan Antonio Galvao menyebutnya Manada, yang artinya kawanan, maksudnya kawanan pulau; dan orang Eropa lainnya menyebutnya Manado.
Berbagai versi penyebutan nama Manado yang berbeda tersebut kemungkinan karena kesalahan penulisan atau penyalinan, atau mungkin karena pengaruh pendengaran orang Eropa terhadap dialek bahasa lokal.
Jika benar demikian, itu adalah hal yang lumrah, sebab sampai kini masih banyak orang salah menyebut dan menulis nama Manado menjadi Menado.