Kawilarang berang
Singkat cerita, karena merasa berlarut-larut dan tidak pasti, pada suatu kesempatan Kawilarang mendatangi Ulrichi. Secara baik-baik dia menanyakan kapan pasukannya akan dibawa ke Cirebon? Alih-alih dijawab baik-baik juga, Ulrici malah berteriak dengan suara ketus.
“Ya spoedig. Maar die gekke Kapitein Soegih Arto heft zich nog niet over gegeven en wij weten niet waar hij is (Ya, secepatnya, tetapi Si Gila Kapten Soegih Arto–Komandan Batalyon 22–itu belum menyerah dan kami tidak tahu di mana dia sekarang).”
Mendengar jawaban itu, Alex Evert Kawilarang berang dan langsung mendekati Ulrici. Dibentaknya sang letnan KST itu dengan suara yang tak kalah keras.
“Heh! Kepergian Siliwangi tidak ada hubungannya dengan kata ‘menyerah’! Ini adalah atas dasar perjanjian Indonesia dengan Belanda! Letnan, kalau bicara harus hati-hati dan jangan berteriak-teriak kepada saya!” demikian teriak Alex Evert Kawilarang seperti dikisahkan Soegih Arto dalam otobiografinya, Pengalaman Pribadi Letjen (Purn) Soegih Arto.
Belum habis rasa tersinggung Alex Evert Kawilarang, tiba-tiba seorang bawahan Ulrici berpangkat sersan berteriak bahwa satu pasukan TNI telah masuk asrama.
Tetapi yang membuat Alex Evert Kawilarang berang, si Sersan yang orang Minahasa itu (satu etnis dengan Kawilarang) menyebut para prajurit TNI sebagai ‘kelompok rampokers’.