Ketika turun gunung dan keluar hutan itulah, pihak militer Belanda dan pengamat asing terkejut melihat performa prajurit-prajurit Siliwangi.
Kendati sebagian berpakaian rombeng, namun tetap menunjukkan disiplin tinggi dan semangat layaknya tentara profesional.
“Berbeda dengan penggambaran yang kerap ditulis koran-koran Belanda bahwa TNI itu sejenis kumpulan perampok dan ekstrimis, mereka justru terlihat seperti pasukan yang sangat teratur dan memiliki disiplin,” ujar Piere Heyboer dalam De Politionele Acties.
Tetapi ada saja tentara Belanda yang tetap berlaku sinis terhadap keberadaan pasukan TNI itu. Sebagai contoh, sebelum bergerak ke titik kumpul di Cirebon, anak buah Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang harus menunggu terlebih dahulu di Purabaya (suatu kawasan dekat Cimahi).
Selama di sana, mereka dikawal secara ketat oleh satu kompi baret hijau dari KST (Korps Pasukan Khusus) yang dikomandani Letnan Henk Ulrici.
Ulrici yang merupakan tangan kanan Kapten RPP Westerling merupakan perwira yang sombong dan dikenal kejam selama berhadapan dengan TNI dan gerilyawan Republik.
Salah satu semboyan-nya adalah: kami tidak pernah memelihara tawanan, kami mencari mereka memang untuk dibunuh.